Sabtu, 30 Januari 2016, Aula Rabbani Hijab. Gelaran Seminar
The Power Of Sholat Subuh menghadirkan Ustad M. Jazir, ketua DKM jogokariyan
Yogyakarta dan Ustad Hanan At-Taqi dari DKM Salman ITB Bandung. Acara diawali
dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, kemudian sambutan dari Kang Demas
selaku penanggung jawab program GASIBU (Gerakan Nasional Sholat Subuh
Berjamaah), Kang Diki Budiana, ketua komunitas Pejuang Subuh Kota Bandung dan
H. Nandang Komara, Direktur Operasional Rabbani.
Ustad Hanan At-Taqi
menyampaikan bahwa adzan Sholat Subuh ada kalimat tambahan yang artinya Sholat
lebih baik daripada tidur. Kalimat tersebut adalah panggilan untuk membangunkan
orang dari tidur dan memberitahukan bahwa ada hal yang lebih baik daripada
tidur, yaitu melaksanakan sholat. Patut disyukuri manakala kita bisa memenuhi
panggilan/hidayah tersebut. Sebagaimana sebuah cerita : seorang pemuda mabuk
berat. Sementara malam semakin larut. Dalam perjalanan pulang, dia tertidur di
teras masjid. Dalam tidurnya, dia bermimpi ada seseorang yang memberinya sebuah
A-Qur’an. Beberapa waktu kemudian, dia dipenjara karena suatu perkara. Di sel
tahanan, ada seorang napi yang membaca Al-Qur’an. Dia penasaran. Dia ingin
melihatnya. Kemudian dia ingat akan mimpinya. Akhirnya dia mau mempelajarinya
dan hijrah menjadi seorang muslim. Setiap muslim pada dasarnya adalah seorang
Da’i. Maka jadilah Da’i. Berkata, berpikir, bersikap dan bertindak seperti
seorang Da’i, bertugas menyampaikan dakwah dan menerapkan dakwahnya.
Pemahaman dari hadits “sampaikan meskipun satu ayat’, bukan
semata dan hanya ‘memberitahukan’, melainkan sampaikan hal tersebut dengan cara
yang baik, nyaman, strategi yang tepat, media yang pas, dan berdampak. Bahkan
di sisi lain, sampaikan meskipun dapat membuat kita celaka/menderita. Artinya
berjuang keras untuk menyampaikan dakwah tersebut. Kita arus dapat meyakinkan
orang lain bahwa sholat lebih baik daripada tidur. Ibarat seorang marketing,
kita bisa menjelaskan ‘spesifikasinya’, kemudahan cara mendapatkannya, perbedaan
dalam penampilannya, dan kenyamanan dari dampak yang akan diperolehnya. Pada
cerita lain : 2 orang pemuda anak band, masbuk Sholat Isya. Di masjid hanya
mereka berdua. Tidak ada yang mau jadi imam. Mereka saling dorong untuk
menyuruh di antara mereka menjadi imam. Ditempuhlah sebuah cara untuk
menentukan siapa yang akan menjadi imam di antara mereka. SUTEN, pihak yang
kalah jadi imam, sementara pihak yang menang jadi makmum. Cerita ini
menyiratkan bahwa untuk saat tersebut, metode dan media itu yang membuat mereka
nyaman untuk menunaikan kewajibannya. Tentu ada cara lain dalam berdakwah.
Surat Nuh banyak mengungkap metode dakwah. GASIBU sebagai bagian dari dakwah,
maka yakini bahwa dakwah kita pasti menang. Menangnya dakwah adalah soal waktu.
Pilihannya, apakah kita hanya ingin mendapat peran sebagai penonton atau
berkontribusi langsung dalam kemenangan dakwah tersebut?
Ustad M. Jazir
menyampaikan paparan dengan tema “Dari Masjid Membangun Ummat”. Paparannya
diawali dengan kalimat bahwa menjadi pengurus DKM akan mendudukkan seseorang
menjadi manusia yang mulya. Dalam suatu hadits dinyatakan bahwa yang akan
menjadi keluarga Alloh adalah para pemakmur masjid dan penghafal Al-Qur’an.
Pemakmur masjid diberi jaminan dalam bimbingan Alloh dan menjadi pemakmur
masjid adalah sebuah pengabdian yang mulya. Sholat Subuh di Masjid Jogokariyan,
masjid yang terletak di Kampung Jogokariyan No. 36 kecamatan Mantrijeron
Jogjakarya, jamaah sholat subuhnya mendekati jumlah jamaah Sholat Jumat.
Bertugas menjadi DKM sejak tahun 1999, langkah kecil diawali
dengan memetakan penduduk di kampung Jogokariyan yang terdiri dari 907 KK
dengan 2.200 jiwa. Rinciannya, 816 jiwa wajib sholat dan 115 non muslim. Untuk
menggerakkan sholat berjamaan di masjid, tahapan kegiatan yang dilakukan adalah
: 1. Pengurus DKM berkunjung ke rumah setiap warga, 2. Memberitahukan program
belajar sholat dengan fasilitas guru khusus untuk mengajarkan sholat, kain
sarung/mukena, peci dan sajadah (ada biaya untuk guru), 3. Mengundang warga
yang sudah diberikan pelajaran sholat untuk sholat berjamaah di masjid, 4.
Undangan sholat berjamaah dibuat dengan undangan khusus dan istimewa layaknya
undangan sebuah acara pernikahan/khitanan, 5. Dalam undangan dicantumkan
ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits yang berkenaan dengan sholat 5 waktu dan
keunggulan sholat berjamaah. 6. Diberikan fasilitas lebih dalam pelaksanaan
sholat subuh, yaitu minum kopi/teh disertai camilan khas di pagi hari, bahkan
disediakan beberapa unit hadiah dalam kegiatan sholat subuh berjamaah, 7.
Undangan disampaikan pada setiap warga/peserta belajar sholat tersebut, 8. Dalam
beberapa pertemuan, kajian subuh/malam, fokus dan tuntas membahas tentang
‘sholat berjamaah’. Pembahasan berulang-ulang tentang sholat berjamaah
merupakan strategi untuk penanaman yang lebih kuat dan dalam pada jamaah untuk
dapat memahaminya. Sebuah kebohongan yang disampaikan berulang-ulang, suatu
waktu akan dinilai sebagai kebenaran. Demikian dengan pesan kebaikan, harus
disampaikan berulang-ulang agar hasilnya membekas.
Tahun 2005, warga wajib sholat yang belum berjamaah di
masjid adalah 50 orang. Kemudian tahun 2011, tersisa 27 orang dan tahun 2013,
tinggal 4 orang. Tahun 2010, sholat subuh di Masjid Jogokariyan sudah mencapai
50% jumlah jamaah Sholat Subuh. Tahun 2016, targetnya adalah 75%. Untuk
memelihara sholat berjamaah, dibentuk Tim Penjaring Sholat Berjamaah di setiap
RT. Tim ini bertugas juga untuk memantau dan menjaga keberlanjutan warga dalam
pelaksanaan sholat berjamaah. Jika ada warga yang tidak hadir dalam sholat
berjamaah untuk beberapa waktu secara berurutan, maka dilakukan silaturahim
untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan warga tersebut tidak dapat mengikuti
sholat berjamaah. DKM harus merawat (memberikan pelayanan) ummatnya dengan
baik. DKM harus memperhatikan ummatnya agar tidak ‘diterkam’ pihak lain.
Gerakan sholat berjamaah harus masif dan massal. Ciptakan kemeriahan di
dalamnya. Hadirkan suatu cara yang beda dan lain. DKM Jogokariyan kampanye
melalui kaos oblong dengan tulisan “HARI GINI BELUM SHOLAT SUBUH BERJAMAAH DI
MASJID????”
Jualan rokok saja ada marketingnya. Ada salesnya. Untuk
gerakan sholat berjamaah, harus ada marketingnya juga. Harus terorganisasi
dengan baik. Salah satunya dengan mengadakan Lomba Desain Kaos Dakwah. DKM
bukan juru kunci masjid. Masjid jangan dikunci. Karena dikunci, maka pilihan
untuk dugem rata-rata bukan masjid. Masjid Jogokariyan memiliki petugas yang
berjaga selama 24 jam. Artinya, melayani jamaah untuk 24 jam dalam sehari.
Silakan bagi yang mau melaksanakan itikaf dan sholat malam. Bagi jamaah yang
khawatir dingin untuk wudhu, disediakan kran dengan air hangat. Masjid jangan
kalah juga dengan faslitas hotel. Kursi roda juga bisa masuk masjid. DKM harus
memikirkan dan memberikan layanan/fasilitas maksimal pada jamaahnya untuk
nyaman beraktivitas di masjid. Tapi DKM juga harus memikirkan dan memperhatikan
keadaan/kondisi penghidupan jamaahnya. Perhatikan kondisi ekonomi jamaahnya.
Jangan hanya sekedar diajak untuk sholat berjamaah saja, tapi kondisi
ekonominya tidak kita perhatikan. DKM pernah didatangi jamaah yang mengeluh
karena dia tidak punya beras. Tersentaklah kami. Solusi awal dengan mengajak
jamaah lainnya untuk menyisihkan berasnya
dan dibawa pada saat akan melaksanakan sholat. Langkah berikutnya,
terbentuklah program Kotak Amal Beras. Setelah terhimpun dalam beberapa, beras
tersebut diberikan pada jamaah yang kurang mampu. Jika bersisa, beras dijual.
Dananya digunakan untuk program sosial lainnya.
Gagasan lainnya muncul dalam pelaksanaan sholat Jumat.
Setelah dilakukan penghitungan, pelaksanaan sholat Jumat dalam 1 bulan
membutuhkan biaya sekitar sekian dengan jumlah jamaah sekian. Berdasarkan
perhitungan tersebut, maka keuangan masjid akan selalu minus. Dibuatlah sebuah
spanduk berupa ajakan sekaligus kritikan : “Jika infak Anda 1.500, maka Anda
membiayai sholat jumat di masjid ini. Jika infak Anda lebih dari Rp. 1.500,
maka Anda memberikan subsidi pada jamaah lain untuk sholat Jumat di masjid ini.
Jika infak Anda kurang dari Rp. 1.500, maka sholat jumat Anda di masjid ini,
disubsidi oleh jamaah lain.” Hasilnya, beberapa bulan kemudian, keuangan masjid
menjadi surplus.
Gagasan lainnya, lantas atas masjid dibangun sebuah hotel
yang terdiri dari 11 kamar. Levelnya bisa mendekati Hotel Bintang 3. Biayanya
Cuma Rp. 150 ribu/malam. Fasilitasnya air hangat, AC, TV dan wiifi. Dari 11
kamar, 8 kamar dikenakan biaya/disewakan. Sementara 3 kamar tidak disewakan,
digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya khusus, misal kedatangan tamu,
narasumber, dll. Adanya hotel tersebut, operasional masjid jadi tercukupi.
Sementara dana infak Jumat, dikembalikan untuk jamaah/warga. Antara lain dalam
bentuk pelayanan Klinik Kesehatan Gratis, pemberantasan rentenir, bantuan untuk
anak sekolah, bantuan untuk masjid lain, bantuan/pinjaman untuk jamaah, dan MLM
(Mobil Layanan Masjid). Fungsi masjid sebagai layanan pada masyarakat juga
harus dikedepankan. Kami masuk ke pasar juga. Membangun WC umum dan sanitasi
air. Dikelola oleh relawan yang juga jamaah masjid. Kami juga mendorong
pengadaan fasilitas air bersih di sebuah masjid di Kab Temanggung dengan
mengalirkan air layaknya PDAM dengan sumbernya dari mata air yang berjarak 7 km
di area milik perhutani.
Kami memiliki 140 ribu donatur dengan infak minimal Rp.
1.000/hari/orang. Langkah lainnya kami membangun TOMIRA, Toko Milik Rakyat.
Kami berikan modal untuk membeli barang secara langsung dari pabrik. Kemudian
barang-barang tersebut disebar/didrop pada toko/warung jamaah. Dalam hal ini,
masjid harus berperan juga untuk menyelamatkan jamaahnya. Ada peradaban masjid
dan peradaban pasar. hanya masjid yang bisa menghadapi imperialis. Predator atas
nama investor. Kekayaan alam Indonesia dikeruk. Hasilnya dibawa ke luar. Rakyat
di sekitarnya tetap miskin. Masjid harus menguasai pasar bukan pasar menguasai
masjid. Pemimpin unggul adalah pemimpin yang ditempa di masjid. Pemimpin harus
lahir di masjid.
Disampaikan juga tentang fungsi masjid di zaman Rasulalloh
SAW, sebagai pusat pendidikan, pengajaran dan pengembangan ilmu. Masjid sebagai
pusat peribadahan, informasi, menerima tamu negara, dan ruang tunggu tamu
negara. Jika di suatu masjid tidak ada kegiatan kajian/pembelajaran, maka
disebut mushola. Masjid Jami, maka masjid tersebut juga berfungsi sebagai pusat
kajian.
Jika menyambut Ramadhan, maka H-1 Ramadhan, ada subsidi
beras dan sembako untuk jamaah kurang mampu. Dilaksanakan juga Sahur Berjamaah.
Itikaf Ramadhan di Masjid Jogokariyan daftar tunggunya sudah full hingga 2
tahun mendatang. Jamaah masjid harus bertambah. Jika tidak bertambah, lakukan evaluasi
dan susun langkah lain yang harus dilakukan. Satu hal harus selalu tertanam
dalam diri kita “kebaikan akan mendatangkan orang baik”. Kegiatan lain yang
dilakukan oleh DKM adalah Pesantren Desain Grafis, pelatihan nyetir mobil,
kursus elektronik, pelayanan penukaran uang baru dan uang recehan (jika ada
jamaah yang tidak memiliki uang kecil, sementara di saku hanya ada uang besar),
perkumpulan jamaah pecinta sepeda ontel, jamaah pecinta alam, klub sepakbola,
memiliki 30 biro/unit kegiatan. Hal tersebut sebagai upaya untuk memperbanyak
pintu masjid agar semakin banyak warga yang mau bergabung menjadi jamaah
masjid.
Tiga puluh biro tersebut yaitu : HAMAS (Himpunan Anak-anak
Masjid), RMJ (Remaja Masjid Jogokariyan), Kurma (Keluarga Alumni Remaja
Masjid), Ummi Muda, KAUM (Komite Aksi Untuk Ummat), PHBI (Peringatan Hari Besar
Islam), FKSM (Forum Kajian Selasa Malam), pemberdayaan perempuan, Kader
Mubaligh, Humas dan Penerbitan (mengelola website dan medsos), ibadah haji,
perpustakaan, Imam dan Muadzin, Layanan Perawatan Jenazah, Koordinasi Jamaah
(tiap RT), Klinik, Donor Darah, Ibadah Jumat, Kerumahtanggaan, Olah Raga,
Teknologi dan Informasi, Keamanan, Dokumentasi dan Arsip, pembangunan dan
pemeliharaan, Seni Budaya, Bimbel Al-Qur’an, Zakat, Kuliah Subuh.
Masjid juga memiliki PETA DAKWAH. Peta yang menggambarkan jamaah
yang menunaikan kurban, jamaah yang telah menunaikan Haji dan atau Umroh,
muslim dan non muslim, mustahik, muzaki, belum bisa baca Al-Qur’an, sudah/belum
berjamaah di masjid, masalah ekonomi, kebutuhan biaya sekolah, dll. DKM juga memperhatikan tanggal lahir jamaahnya.
DKM menyampaikan ucapan selamat dan mendoakan secara bersama-sama dengan jamaah
lainnya. DKM juga menggagas PETUAH (Pesantren Sabtu dan Ahad) untuk remaja
dengan acara favoritnya adalah JJS (Jalan-Jalan Seram), Tahajud bersama-sama,
bersepeda bersama setelah kajian subuh, membuat ikat kepala dengan tulisan “Ayo
Ke Masjid”, pesantren khusus tuna rungu, keluarga jamaah di hari sabtu dan
minggu (kegiatan itikaf, sholat subuh, sarapan dan olahraga melibatkan beberapa
keluarga), dll.
Untuk memajukan Indonesia, diperlukan 7 juta muslim
profesional untuk memberdayakan 70 juta penduduk muslim di seluruh nusantara. Jika
saat ini terdapat 700 ribu masjid, minimal setiap masjid harus berkontribusi
untuk menghasilkan 10 orang muslim profesional. Berani?